Selasa, 05 Februari 2013

Zinedine Zidane


Profil Pemain 
Nama lengkap     Zinedine Yazid Zidane
Tanggal lahir       23 Juni 1972
Tempat lahir        Marseille, France
Tinggi                  1.85 m (6 ft 1 in)
Posisi bermain     Gelandang Serang

Karir Junior:
1982–1983     US Saint-Henri
1983–1987     SO Septèmes-les-Vallons
1987–1988     Cannes

Karir Senior:
Tahun             Tim             Tampil        (Gol)
1988–1992     Cannes            61            (6)
1992–1996     Bordeaux         139          (28)
1996–2001     Juventus          151          (24)
2001–2006     Real Madrid     155          (37)
Total                                    506         (95)

Gaya Bermain

Setelah penampilan yang sangat fantastis di Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000, tidak sedikit publik sepak bola yang menganggapnya sebagai pemain terbaik di dunia. Kelebihan dan keahliannya melakukan dribbling dan penguasaan bola sering membuat pemain lawan merasa frustasi karena sulitnya merebut bola darinya. Pelatih-pelatihpun beranggapan bahwa memaksakan man-to-man marking terhadap Zidane adalah pekerjaan sia-sia. Bahkan produsen olahraga asal Jerman Adidas membuat "formasi baru" yakni 4-Zidane-2. 

 
Belajar Menang di Juventus
Posted by EG on December 29, 2011

Salah satu bagian terpenting Juventus adalah 50 Legenda yang turut mengukir tatanan kebesaran sejarah Juventus sejak tahun 1897. Dalam seri artikel [50 Legends] ini kami akan coba menceritakan tentang Profil & kisah singkat perjalanan masing-masing dari ke-50 Legenda Juventus tersebut. Sebagai pembuka, mari kita ikuti kisah Zinedine Zidane sang Maestro Legendaris.


“Zidane adalah talenta terbaik dunia sepak bola dalam 20 tahun terakhir, Saya merasa terhormat pernah menjadi Pelatih-nya” – Marcello Lippi –

Kisah perjalanan hidup pemain legendaris ini sudah dimulai jauh sebelum Zidane lahir. Pada tahun 1953, Sang Ayah yang bernama Smail pindah dari Aljazair ke Perancis. Layaknya imigran lain Smail untuk sementara menetap di sebelah utara kota Paris, tepatnya di distrik St.Denis yang terkenal sebagai daerah kumuh dan menjadi persinggahan para imigran. Entah kebetulan atau memang sudah takdir, di daerah inilah nantinya akan didirikan Stadion Stade de France yang menjadi saksi penting perjalanan karir Zidane saat membawa Perancis mengalahkan Brazil 3-0 di Final Piala Dunia 1998.

Zidane lahir dari keluarga sederhana pada 23 Juni 1972. Ayahnya bekerja sebagai buruh gudang di sebuah departemen store sejak pindah ke Marseille pada pertengahan 1960-an, sementara Sang Ibu adalah seorang ibu rumah tangga. Meski selalu bekerja di shift malam, Sang Ayah selalu memperhatikan perkembangan Zidane yang sering mengalami mimpi buruk setiap mencari ayahnya. Zidane kecil digambarkan sebagai pria yang lembut, namun mampu memecahkan semua lampu di dalam rumah hanya dengan sebuah bola.

“Ayah adalah sumber inspirasi Ku, Dia selalu mengajarkan bahwa sebagai seorang imigran kami harus bekerja dua kali lebih keras daripada orang lain serta tidak boleh menyerah” Zidane

Karir Zidane dumulai sejak usia 10 tahun. Saat itu Pemain yang oleh teman-teman dekatnya dipanggil Yasid ini bergabung dengan sebuah tim junior local bernama US Saint-Henri. Setelah menghabiskan satu setengah tahun di tim ini Zidane bergabung dengan SO Septèmes Valons hingga usia 14 tahun. Dalam sebuah kesempatan Zidane terpilih untuk mengikuti training camp yang diselenggarakan oleh FFF (Federasi Sepakbola Perancis), di sini lah Scout dari cannes mencium bakat Zidane dan langsung merekrutnya untuk bermain di level professional.



Pelatih pertama Zidane di Cannes, Jean Varraud dengan cepat menyadari bahwa dibalik bakat luar biasa Zidane terdapat sifat polos & sensitive. Zidane tidak segan-segan menyerang supporter yang menghina ras atau keluarganya. Minggu pertama Zidane di Cannes banyak dihabiskan untuk tugas-tugas kebersihan sebagai hukuman telah memukul lawan bertanding yang mengolok-olok latar belakang asal keluarga Zidane. Jean Varraud kemudian membantu Zidane untuk menyalurkan kemarahannya ke arah yang lebih tepat dengan fokus pada kemenangan di lapangan. Salah seorang Direktur di Cannes saat itu Jean-Claude Elineau bahkan mengundang Zidane untuk meninggalkan asrama & tinggal bersama keluarganya. Menurut Zidane, di sinilah Ia berhasil menemukan titik keseimbangan dalam hidupnya.

Zidane melakukan debut untuk AS Cannes kala berusia 17 tahun, saat menghadapi Nantes tahun 1988. Selama 4 tahun membela Cannes Zidane bermain sebanyak 71 pertandingan dan mencetak 6 gol. Di musim terakhirnya Zidane berhasil membawa Cannes finish di posisi keempat & lolos ke kompetisi Piala UEFA. Ini adalah pencapaian terbaik Cannes sejak tahun 1949.

Dari Cannes Zidane hijrah ke Bordeaux pada musim 1992 – 1993. Di sinilah Zidane bertemu dengan sosok pelatih Rolland Courbis, yang mengerti bahwa Zidane punya talenta hebat namun masih perlu diarahkan. Dibawah asuhan Rolland Courbis inilah Zidane paling banyak belajar tentang pengendalian diri dan disiplin. Selama 4 tahun di Bordeaux Zidane berhasil memenangkan Piala Intertoto pada tahun 1995 & Runner up di piala UEFA musim 1995-1996.

Tahun 1996 meski Juventus berhasil memenangkan Piala Champions setelah menundukkan Ajax Amsterdam via adu penalty di partai final, Direktur saat itu Luciano Moggi tidak berhenti berbenah. Beberapa pemain penting didatangkan untuk menambah kualitas tim. Sebut saja Christian Vieri, Paolo Montero dan tentu saja Zinedine Zidane yang pada saat itu berusia 24 tahun. Saat itu Zidane baru saja membela Perancis di ajang EURO 1996. Penampilannya dalam kompetisi itu cukup mengecewakan akibat cedera. Gianni Agnelli bahkan sempat meragukan kemampuan Zidane dan takut telah membelanjakan uang pada pemain yang salah. Adalah Michel Platini yang kemudian menyakinkan A’vvocato bahwa Juve telah melakukan investasi yang tepat. Zidane didatangkan dari Bordeaux dengan nilai transfer £3.2jt dan dari sinilah perjalanan bersejarah Zidane dimulai.

“Sebelum bergabung dengan Juventus, Saya sempat menawarkan Zidane kepada Newcastle United pada tahun 1996. Setelah trial mereka menganggap Zidane tidak cukup baik untuk bermain di liga inggris dan kita semua tahu bagaimana kelanjutan kisah ini.” Barry Silkman (Agen)

Di musim pertamanya berseragam Bianconeri, Zidane harus berkompetisi dengan nama-nama besar yang telah menghuni lini tengah Juventus seperti Antonio Conte (Kapten), Didier Deschamp, Angelo Di Livio, Vladimir Jugovic serta Alessio Tacchinardi. Namun dibawah asuhan Marcello Lippi, Zidane tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan kehidupan di italia. Musim pertamanya di Juventus, Zidane langsung merebut posisi starter dan bermain sebanyak 29 pertandingan serta mencetak 5 gol (2 assist) di Serie A. Hingga pada akhir musim Zidane ikut memenangkan Scudetto ke 24 bagi Juventus dalam musim perdananya.




Tidak hanya itu, Juventus juga terus melanjutkan ke-digdayaannya di kancah eropa. Hampir saja mimpi Zidane untuk meraih trofi Liga Champions menjadi kenyataan. Setelah mengalahkan Ajax di semi final dengan aggregat 6-2, Juventus harus berhadapan dengan Borussia Dortmund di laga final. Zidane diturunkan sebagai trequartista di belakang duet Vieri & Boksic namun akhirnya harus menyerah 3-1 dan harus puas dengan posisi runner up. Sepanjang pergelaran Liga Champions musim itu, Zidane bermain sebanyak 10 kali dan menyumbangkan 2 gol di kancah eropa. Kekecewaan sedikit terobati karena di pertengahan musim yang sama, Zidane berhasil memenangkan UEFA Super Cup (mengalahkan PSG dengan aggregate 9-2) dan Piala Interkontinental (mengalahkan River Plate 1-0).

Musim kedua Zidane (1997-1998) lagi-lagi tidak dapat diakhiri dengan hasil sempurna. Meski telah mendatangkan Filipo Inzaghi yang musim sebelumnya berhasil menjadi cappocanonieri dengan torehan 24 gol bersama Atalanta, lagi-lagi usaha Zidane untuk menjadi juara eropa kandas di partai puncak. Marcello Lippi berhasil membawa Bianconerri menembus partai final liga champions untuk ketiga kalinya berturut-turut. Kali ini menghadapi Real Madrid. Zidane yang musim ini bermain 11 pertandingan & mencetak 3 gol di eropa kembali diturunkan sebagai Trequartista di belakang duet Del Piero & Inzaghi kali ini harus kalah 0-1 akibat gol dari Pedrag Mijatovic. Meski gagal (baca : Runner Up) di ajang Liga Champions, Juventus kembali meraih Scudetto di liga domestic. Zidane diturunkan sebanyak 32 kali & mencetak 7 gol (5 assist) untuk membawa Juve memuncaki klasemen dengan 74 point. Selain itu untuk kedua kalinya Zidane dinobatkan sebagai pemain asing terbaik di Liga Italia.

Zidane Mencoba menghibur Del Piero setelah pertandingan final EURO 2000
Agak aneh memang melihat catatatan goal & assist dari Zidane yang tidak seberapa. Di era 90-an pencatatan statistic pemain belum dilakukan se-detail seperti masa sekarang ini. Jika hanya melihat dari torehan goal & assist, Zidane seolah-olah hanya pemain biasa saja. Keistimewaan Zidane ada di kemampuan dribble, mempertahankan possession, melakukan key-passes serta mendistribusikan aliran bola di lini depan dengan jenius. Bisa dikatakan Zidane adalah pemain yang kebesarannya tidak dapat dilukiskan secara statistic. Permainannya hanya bisa dinikmati secara visual.

“Saat kami tidak tahu harus berbuat apa, kami akan memberikan bola kepada Zidane yang pasti punya solusi” – Lizarazu -

Gagal di final liga champions ternyata memberikan motivasi tersendiri bagi Zidane. Piala Dunia 1998 yang merupakan keikutsertaan pertamanya di Piala Dunia, Zidane berhasil membawa Perancis keluar sebagai Juara setelah mengalahkan Brazil 3-0 di final. Zidane sendiri menyumbangkan 2 gol dalam laga yang diselenggarakan di Stadion Stade de France yang berlokasi di St.Denis, daerah yang dulunya adalah perkampungan kumuh tempat berkumpulnya para imigran yang salah satunya adalah Ayah dari Zidane. Yang menarik adalah, saat pertandingan kedua di fase group Zidane harus menerima kartu merah saat menginjak salah satu pemain Arab Saudi. Larangan tampil sebanyak 2 laga juga harus dijalani Zidane serta menjadikannya pemain pertama Perancis yang menerima kartu merah dalam putaran final Piala Dunia.

Zidane memang menampilkan permainan yang luar biasa baik di level Club maupun di level Timnas. Zidane terpilih memenangkan 3 penghargaan prestisius pada musim ini. Yaitu FIFA World Player of the Year yang hasilnya diambil dari voting Pelatih & Kapten tim di seluruh dunia, World Soccer Player of the Year dan tentu saja European Player of the Year atau lebih dikenal dengan Ballon D’or.


Kembali ke Juventus. Musim 98-99 adalah pencapaian terburuk Zidane di Juve dengan finish di posisi 6 klasemen Serie A serta kandas oleh Manchester United di babak Semi Final Liga Champions. Penyebab kegagalan ini salah satunya adalah akibat cederanya Del Piero di awal musim serta penampilan Zidane yang menurun dibandingkan musim-musim sebelumnya. Marcello Lippi kemudian digantikan oleh Carlo Ancelotti pada bulan Februari ‘99. Total musim ini Zidane bermain 40 pertandingan namun hanya berhasil mencetak 2 gol (2 assist) di semua ajang.

Musim keempat (1999-2000) Zidane di Turin juga tidak berakhir dengan manis. Persaingan memperebutkan Scudetto berlangsung sengit hingga giornata terakhir. Juventus memimpin klasemen hingga pekan ke 26 dengan hanya satu kekalahan sejauh ini. Entah apa yang terjadi di 8 pekan terakhir, Juventus menelan 4 kekalahan yang salah satunya terjadi di Perugia pada giornata terakhir. Scudetto yang sudah begitu dekatpun harus lepas ke tangan Lazio. Di ajang UEFA CUP (sekarang Europa League) Juventus harus tereliminasi di babak 16 besar setelah dikalahkan Celta Vigo 4-0. Sepanjang musim ini Zidane bermain di 41 pertandingan dan menyumbangkan 5 gol (3 assist).

Gagal bersinar di level klub namun bersinar dilevel Tim Nasional. Pada perhelatan EURO 2000 yang digelar di Belgia & Belanda, Zidane kembali membawa Perancis menjadi juara setelah mengalahkan Italia 2-1 pada babak extra time. Zidane sendiri kemudian dinobatkan sebagai Player of the Tournament. (sengaja tidak dibahas lebih dalam)

Musim kelima yang menjadi musim terakhir Zidane berseragam hitam putih lagi-lagi harus diakhiri tanpa gelar. Adalah AS Roma yang dibawah asuhan Capello sukses meraih scudetto sementara Zidane yang disemua ajang bermain sebanyak 39 pertandingan dan mencetak 6 gol hanya mampu membawa Juventus finish di posisi kedua. Di ajang Liga Champions Juventus bahkan tidak mampu lolos ke fase play off. Dalam salah satu pertandingan kandang melawan Hamburg, Zidane kembali lepas control dengan menanduk pemain lawan Jochen Kientz. Selain langsung dikartu merah Zidane juga terkena sanksi larangan tampil sebanyak 5 pertandingan. Hasil buruk musim ini juga akhirnya membuat Ancellotti digantikan oleh Marcello Lippi pada akhir musim.

Sementara Zidane yang masih penasaran dengan gelar Liga Champions, 2 bulan sebelum musim berakhir menemui Luciano Moggi untuk menyatakan niat untuk pindah ke tim lain. Salah satu dari 50 legenda Juventus ini pun akhirnya pindah ke Real Madrid dengan mencetak rekor transfer terbesar sepanjang sejarah (sebelum dikalahkan C.Ronaldo tahun 2009) dengan nilai €75jt. Dari hasil penjualan ini Juventus mendatangkan beberapa pemain hebat yang 2 diantaranya juga kemudian masuk ke dalam daftar 50 Legenda, Pavel Nedved & Gianluigi Buffon. Legendary Club deserve legendary Players.

Perjalanan karir Zidane memang tidak berakhir di Juventus, bahkan mimpi terbesarnya untuk memenangkan Liga Champions tercapai saat bermain bersama Real Madrid. Namun harus diakui Juventus telah menjadi persinggahan penting dalam karir Zidane.

“Saya belajar untuk menang saat berada di Juventus. Di sana Saya menyadari bahwa menang adalah sebuah kewajiban. Menjadi bagian dari salah satu klub terbesar di dunia mewajibkan Saya untuk memberikan hasil maksimal. Saat kami kalah, itu adalah tragedi dan kami wajib bekerja lebih keras.” – Zinedine Zidane -

Piala Dunia 2006

Pada dua pertandingan awal Piala Dunia 2006, ia tampil buruk dan bahkan harus absen pada pertandingan ketiga akibat akumulasi kartu kuning. Zidane kemudian menunjukkan kembali permainan terbaiknya di babak-babak berikutnya, dimulai dari pertandingan melawan Spanyol digugurkan 3–1, lalu Brasil ditaklukkan 1–0, dan kemudian Portugal dikalahkan 1–0. Dengan bentuk permainannya saat itu, banyak yang berharap bahwa Zidane akan menggantung sepatu dengan indah dengan mengalahkan Italia pada pertandingan final, namun kariernya berakhir pahit saat ia dikartu merah wasit Horacio Elizondo pada pertandingan final akibat menanduk bek Italia, Marco Materazzi di bagian dada.

Walaupun karier sepak bolanya berakhir pahit Zidane terpilih sebagai pemain terbaik Piala Dunia 2006 versi FIFA dan para wartawan yang meliput ajang tersebut dengan mendapat 2012 poin, kapten Italia Fabio Cannavaro di posisi dua dengan 1977 poin, dan pemain Italia lainnya, Andrea Pirlo di posisi tiga dengan 715 poin. Alasan ia dipilih menjadi pemain terbaik karena berhasil menampilkan penampilan yang menawan serta menunjukkan kepemimpinan yang baik dalam membawa Perancis yang terseok-seok di babak penyisihan grup sampai ke babak final. Pelatih Perancis Domenech dan sang "Kaisar" Beckenbauer membela keputusan FIFA untuk tetap memberikan gelar tersebut meskipun Zizou dianggap melakukan tindakan bodoh tersebut terhadap Materazzi. Materazzi mungkin dianggap mengatakan kata-kata yang sangat menyinggung pemain terbaik dunia 3 kali tersebut sehingga membuat ia menjadi emosi dan akhirnya melakukan tindakan tersebut.

Menurut laporan BBC, pemilihan Pemain Terbaik dilakukan pada masa istirahat setelah babak pertama. Koresponden BBC, Gordon Farquhar, berpendapat bahwa "jika kita menanyakan kepada para wartawan yang telah melakukan pemilihan tersebut setelah pertandingan berakhir - apakah mereka akan mengubah suaranya - mungkin mereka akan melakukannya."

Lagu berjudul Headbutt yang terinspirasi dari serudukan kepala Zinedine Zidane ke dada Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006 menjadi lagu yang paling terkenal di Perancis. Dalam dua setengah pekan awal, ada 80.000 pengunduh lagu tersebut di situs.

Akhir Karir Menjadi Pemain

Tahun 2004 setelah Piala Eropa 2004 berakhir, Zidane pensiun dari sepak bola internasional, namun saat Perancis mengalami kesulitan untuk meloloskan diri ke Piala Dunia 2006, Zidane mengumumkan pada Agustus 2005 bahwa ia akan kembali bermain di tim nasional. Perancis akhirnya lolos, tetapi Zidane yang baru melalui musim yang dipenuhi cedera di Madrid, memutuskan bahwa ia akan mundur setelah Piala Dunia tersebut berakhir.

Pada tanggal 25 April 2006, Zizou secara resmi mengumumkan keputusannya untuk mundur dari klub dan tim nasional sepak bola Perancis setelah Piala Dunia 2006.

Pada tanggal 7 Mei 2006 Zizou memainkan pertandingan terakhir sebagai tuan rumah untuk Real Madrid di Stadion Santiago Bernabéu. Pemain Real Madrid memakai baju kaos khusus yang bertanda "ZIDANE 2001 - 2006" tertulis di bawah logo klub. Seperti yang dapat diduga, pendukung Real Madrid memberikan dia sambutan yang hangat dan mendukung Zizou sepanjang pertandingan. Pertandingan ini melawan Villarreal CF dan, sayangnya untuk Zizou, hasil terbaik yang diperoleh Real Madrid adalah seri 3–3. Zizou mencetak gol kedua untuk Real Madrid tanpa perayaan besar-besaran. Zizou menukar baju kaosnya dengan Juan Roman Riquelme, pemain Villarreal CF dan gelandang Argentina. Pada akhir pertandingan, pendukung Real Madrid mengucapkan selamat jalan untuk Zizou dengan memberi ia tepuk tangan panjang, yang membuatnya menitikkan air mata.

Di dalam lapangan Zidane telah memenangkan semuanya. Sama halnya dengan kehidupan pribadinya yang nyaris tak terekspose media. Zidane dikenal sebagai sosok sederhana yang rendah hati & jauh dari hingar bingar kehidupan seorang selebriti. Pernah suatu kali keluarga besar Zidane berlibur ke daerah Carribia, tanpa disangka Ia juga mengajak seorang petugas kebersihan yang dikenalnya saat masih tinggal di Marseille. Ada juga kebiasaan menarik Zidane saat bermain di Juve. Sehabis bertanding pada minggu sore, biasanya semua rekan tim Zidane berkumpul di sebuah restoran di Turin untuk melepas lelah bersama-sama. Sementara yang lain sedang bersenda gurau, Zidane lebih memilih menghabiskan waktunya di depan televisi menyaksikan pertandingan Liga Italia yang dimainkan pada malam hari.

 “Tidak dapat disangkal bahwa Zidane adalah pemain terbaik di dunia, Seorang Juara sejati.” Luciano Moggi

Kini Zidane bekerja sebagai Sporting Director bagi real Madrid dan aktif di berbagai kegiatan social. Salah satunya yang cukup membekas adalah saat derby amal SLAncio Di Vita pada tanggal 23 maret 2011 lalu. Dalam laga amal ini Zidane ikut memperkuat Juventus Legends menghadapi Torino Legends dalam upaya mengumpulkan dana untuk memerangi penyakit ALS (salah satu penyakit syaraf).

“Saya beruntung berasal dari daerah yang sulit. Ada banyak anak-anak yang lahir ras berbeda & keluarga yang miskin. Orang-orang harus berjuang untuk melewati hari-hari mereka. Ini mengajarkan bukan saja tentang sepakbola tapi juga tentang kehidupan.” Zinedine Zidane

“Mencintai Juventus itu sulit, tapi sekali Anda mengenal Juventus anda akan menjadi Juventino selamanya.” Zinedine Zidane


IERI OGGI DOMANI SEMPRE JUVENTUS !!! 



Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Zin%C3%A9dine_Zidane
http://signora1897.com/50-legends-zinedine-zidane-belajar-menang-di-juventus/

1 komentar:

  1. Zidane memang merupakan legenda kharismatik sepakbola dunia. Walau secara official saya bukan penggemarnya, tetapi saya sangat repect kpd beliau. Bahkan Michael Owen pun menempatkan Zidane pd posisi yg semestinya. Dimuat di dalam http://bit.ly/1bcdh15 tatkala Owen memuji Gerrard, ia hanya menempatkan satu nama di atas posisi Owen. Wow, nama itu adalah sang legenda, Zinedine Zidane.

    BalasHapus