Jumat, 09 Maret 2012

Michel Platini

Michel Platini (lahir di Jœuf, Perancis, 21 Juni 1955; umur 55 tahun) adalah mantan pemain sepak bola berkebangsaan Perancis yang membawa Juventus meraih gelar juara Piala Champions pada tahun 1985. Ia tiga kali meraih gelar Pemain Terbaik Eropa (83, 84, 85).

Saat ini ia adalah wakil presiden Federasi Sepak bola Perancis serta merupakan Presiden Asosiasi Sepak Bola Eropa (UEFA).

Dia pernah melatih tim nasional Prancis selama empat tahun, dan co-penyelenggara Piala Dunia 1998 di Prancis. Ia juga ketua Teknis FIFA dan Komite Pembangunan, dan wakil presiden Federasi Sepakbola Prancis. Ayahnya Italia Aldo juga pemain sepakbola profesional dan direktur lama untuk AS Nancy, klub mana Michel memulai karir profesionalnya.

Full name :Michel François Platini
Date of birth :21 June 1955 (age 55)
Place of birth :Jœuf, France
Height :1.78 m (5 ft 10 in)
Playing position :Attacking midfielder

Years Team Apps (Gls)
1972–1979 Nancy 181 (98)
1979–1982 Saint-Étienne 104 (58)
1982–1987 Juventus 147 (68)

National
1976–1987 France 72 (41)

Team Managed
1988–1992 France

Michel “Le Roi” Platini – The King of all Kings
Posted by samuellauw on January 5, 2012

Saya kurang beruntung, karena saat saya lahir tahun 1981, saya tidak bisa melihat kebesaran salah satu legenda Juventus, Michel “Le Roi” Platini. Saat saya berumur 6 tahun, Platini sudah gantung sepatu di usia 32 tahun. Tapi tetap saja kebesaran Le Roi tidak bisa terhapuskan, dan sangat disayangkan jika melewatkan begitu saja kebesaran Le Roi bersama Juventus. Pemain Prancis memiliki “takdir” yang baik dengan Juventus. Tercatat sejumlah pemain Prancis berprestasi gemilang ketika membela Juventus. Sebut saja nama-nama seperti Zinedine Zidane, David Trezeguet, Didier Deschamps, Lilian Thuram, Patrick Vieira dan tentu saja, Michel Platini. Memang tidak semua pemain Prancis memiliki “takdir” yang baik dengan Juventus, seperti Thierry Henry yang “melempem” di Juventus, namun akhirnya meledak dan menjadi legenda bersama Arsenal, Jonathan Zebina dan Jean Alain Boumsong juga gagal tampil maksimal di Juventus Tapi secara garis besarnya, pemain Prancis memiliki “takdir” yang baik dengan Juventus, bahkan menjadi yang terbaik di dunia. Dalam 50 Legends hari ini, kita akan bersama-sama melihat kehidupan Michel “Le Roi” Platini.


Michel Francois Platini

Dilahirkan di Joeuf, Prancis pada tanggal 21 Juni 1955, Michel Francois Platini lahir ditengah keluarga yang memiliki akar sepak bola yang kuat. Platini sebenarnya memiliki darah Italia, keluarganya adalah imigran Italia yang mengungsi ke Prancis setelah usai perang dunia pertama. Ayah Platini, Aldo, pernah menjadi pemain sepak bola professional di AS Nancy dan kemudian menjadi salah satu direktur. Awal karir sebagai pesepak bola Platini dimulai dari klub lokal tempat kelahirannya, AS Joeuf (1966 – 1972), kemudian Platini bermain untuk AS Nancy (1972-1979 – 213 partai dan 127 gol). Pada tahun 1972, Platini juga sempat menjalani tes selama dua hari bersama klub idolanya, FC Metz, namun saat itu dokter tim menemukan bahwa ada kelainan pada jantung Platini dan mengirimkannya kembali ke AS Nancy. Perjalanan Platini bersama AS Nancy tidak langsung berjalan mulus, pada dua musim perdananya bersama AS Nancy, Platini lebih sering didera cedera. Tercatat beberapa cedera yang cukup parah pernah dialami Platini, seperti cedera engkel yang didapatnya saat berlatih dengan tim pengganti, bahkan Platini pernah mengalami patah tangan kiri di dua bagian, saat menghadapi OGC Nice. Dan cederanya tersebut membuat AS Nancy akhirnya terdegradasi. Namun Platini tidak butuh waktu lama untuk menjadi yang terbaik, dua tahun kemudian Platini berhasil merebut hati fans AS Nancy, bahkan Platini mencuri perhatian klub-klub besar Eropa saat itu.

“Platini, bahkan kedua kakinya pun sangat cerdas.” (Michel Hidalgo – Pelatih Timnas Prancis 1984)

Michel Platini - AS Nancy

Setelah bermain selama 7 musim bersama AS Nancy, Platini pindah ke AS St. Etienne (1979-1982 – 145 partai dan 82 gol). Saat itu Platini berusia 19 tahun namun sudah membuat klub-klub besar Eropa terpesona dengan permainannya, tercatat Valencia dan Inter Milan saat itu menjadi peminat serius Platini. Bahkan Platini sudah menandatangani prakontrak dengan Inter Milan, namun karena adanya regulasi yang membatasi perpindahan pemain, akhirnya Platini batal ke Inter Milan, dan memilih berlabuh di AS St. Etienne. Dan setelah menjalani 3 musim bersama AS St. Etienne, akhirnya Platini memilih Juventus sebagai klub terakhirnya, disinilah perjalanan Platini yang sesungguhnya dimulai.

Platini dan Juventus

Bersama Juventuslah Platini menjadi raja diatas segala raja, Platini “nyaris” memenangkan segalanya bersama Juventus. Platini memperkuat Juventus dari tahun 1982 – 1987, bermain di 224 partai dan mencetak 104 gol. Serta nyaris memenangkan segalanya bersama Juventus, Platini berhasil memenangkan dua Scudetto, satu Coppa Italia, satu Piala Champions, satu Piala Super Eropa, satu Piala Interkontinental dan satu Piala Cup Winners. Platini bukan hanya berjaya bersama Juventus saja namun juga bersama timnas Prancis, pada tahun 1984, Platini menjuarai Piala Eropa bersama Les Bleus. Di Piala Eropa tahun 1984 tersebut, Platini langsung menunjukkan ketajamannya, dengan menjadi top skorer Piala Eropa (9 gol), dan mencatat total 41 gol bersama timnas Prancis (1976 – 1987, bermain di 72 partai). Platini menjadi top skorer timnas Prancis, sebelum rekornya dipatahkan oleh Thierry Henry dengan 51 gol (Oktober 2007).


Dan secara individual pun, Platini berhasil menjadi capocannonieri serie A (pencetak gol terbanyak) selama 3 musim berturut-turut (1983 – 16 gol * 1984 – 20 gol * 1985 – 18 gol), dan hasilnya, Platini berhasil meraih Ballon d’Or 3 kali berturut-turut (1983, 1984, 1985). Padahal Platini bukanlah seorang striker murni, Platini bermain sebagai gelandang serang, yang bertugas mengatur tempo permainan, Platini juga terkenal dengan tendangan bebasnya yang mematikan, jika banyak kalangan menilai indahnya tendangan bebas David Beckham, jauh sebelumnya Platini sudah mencetak banyak gol lewat tendangan bebas mautnya. Namun Platini mampu menunjukkan ketajamannya, bahkan jauh lebih tajam dari striker sekalipun. Tajam di depan gawang lawan, passing yang akurat, visi permainan yang tajam, intinya Platini adalah gelandang yang terbaik yang pernah ada. (klik disini untuk melihat kehebatan Platini). 

Platini dan Tragedi Heysel (29 Mei 1985)

Tragedi HeyselTragedi Heysel 29 Mei 1985 tidak akan pernah bisa terlupakan sampai kapanpun. Final Piala Champions, yang saat itu mempertemukan Juventus dengan Liverpool, di Stadion Heysel, Brussels, Belgia. Tercatat 39 korban jiwa meninggal dan 600 orang lebih luka-luka, akibat tertimpa reruntuhan tembol yang ambruk. Kejadian berawal dari saling ejek antar suporter, dan 1 jam sebelum kick off dimulai, hooligan Liverpool menyerang suporter Juventus. Tidak terjadi perlawanan dari suporter Juventus, karena mereka bukan suporter ultras. Suporter Juventus kemudian berlarian kedinding pembatas, namun karena banyaknya suporter yang berlarian ke dinding tersebut, mengakibatkan dinding tersebut tidak kuat menahan beban yang ada, lalu ambruk dan menimpa suporter yang lainnya. 32 suporter Juventus, 4 orang warga negara Belgia, 2 warga negara Prancis dan 1 orang warga negara Irlandia, meninggal dunia di tempat kejadian. Pertandingan sendiri tetap dilangsungkan untuk menghindari kerusuhan yang mulai meluas, karena ultras Juventus disisi lain stadion mulai melakukan pembalasan. Pertandingan tersebut dimenangkan oleh Juventus 1-0 dan gol dicetak oleh Platini dari titik penalti. Dan pada tanggal 30 Mei 1985 UEFA melalui penyidik resminya, Gunter Schneider, menyatakan bahwa kesalahan sepenuhnya ada di pihak Liverpool dan berakibat luas karena peristiwa ini maka tim-tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat internasional selama 5 tahun lamanya.

“Saya tidak memikirkan hal itu sama seperti pemain lainnya yang akan tampil di ajang penting. Namun pertandingan digelar di tengah-tengah kegelapan yang membayangi kami. Saya masih mengingatnya sampai hari ini dan tidak bisa melupakannya. Sebagai Presiden UEFA saya menjamin ini akan menjadi prioritas utama saya untuk menjamin tragedi seperti ini tidak terulang kembali.” (Michel Platini – Presiden UEFA)

Platini Gantung Sepatu

Platini akhirnya merasa “sudah tua” pada usia 32 tahun, pada akhir musim 1986 – 1987, Platini memutuskan untuk pensiun sebagai pemain sepak bola. Keputusan Platini untuk gantung sepatu mendapat banyak pertanyaan, karena sebenarnya banyak kalangan menilai Platini masih dapat bermain sampai dengan beberapa musim lagi.

“Hari yang menyedihkan. Salah satu anugerah dari Tuhan kepada kami datang dan telah pergi. Platini akan selalu dikenang sebagai salah satu pemain terhebat Juventus.” (Gianni Agnelli – Juventus)

Setelah Michel Francois Platini memilih pensiun sebagai pesepak bola, Platini tidak bisa meninggalkan dunia sepak bola. Platini sempat menjadi pelatih timnas Prancis pada 1988 hingga 1992 dan mencatat rekor 19 penampilan tak terkalahkan. Platini kembali muncul tahun 1998, saat Piala Dunia 1998 di Prancis, Platini menjadi Ketua Panitia Pelaksana, yang menjadikan Prancis sebagai juara Piala Dunia 1998 saat itu. Bercermin pada keberhasilannya saat itu, menjadikan Platini sebagai Presiden UEFA dua kali berturut turut. Platini terpilih pertama kali sebagai Presiden UEFA pada tahun 2007, saat itu Platini bersaing ketat dengan Presiden UEFA sebelumnya, Lennart Johansson. Platini unggul tipis lewat pemilihan suara, Platini unggul 27 suara, sementara Johansson unggul 23 suara. Namun untuk periode 2011, Paltini terpilih kembali dengan pemilihan mutlak dan tidak ada siangan. Bahkan legenda Brazil, Pele, meminta agar Platini menjadi Presiden FIFA pada tahun 2015 mendatang. Hubungan Platini dengan Juventus pun sampai saat ini terjalin dengan baik. Platini terus memberikan dukungannya kepada Juventus dan berharap Juventus segera kembali menjadi tim besar yang menakutkan, seperti Juventus dimasanya dahulu.

”I began by playing for the biggest club in the Lorraine region, went on to the biggest club in France and ended up with the biggest in the world.” (Michel Francois Platini)


Honours

Individual honours

Club honours

International honours

During Platini's international career, France were five times holders of Nasazzi's baton, and Platini was captain on the third, fourth, and fifth occasion that the French national team held the unofficial title while he was an international.

Sumber:
http://signora1897.com/50-legends-michel-platini-the-king-of-all-kings/
http://en.wikipedia.org/wiki/Michel_Platini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar