Sabtu, 23 Februari 2013

Antonio Conte


Profil Pemain
Nama Lengkap     Antonio Cоnte
Lahir                   31 Juli 1969
Tempat Lahir        Lecce, Italy
Tinggi                 1.78 m (5 ft 10 in)
Posisi                 Attacking midfielder

Senior career*
Years              Team          Apps†     (Gls)†
1985–1991      Lecce            89          (1)
1991–2004      Juventus        419        (44)
Total                                   508        (45)

National team
1993–2001     Italy                20          (2)

Teams managed
2006–2007     Arezzo
2007–2009     Bari
2009–2010     Atalanta
2010–2011     Siena
2011–            Juventus

Antonio Conte : “Jika Ingin Bersenang-senang, Pergi Ke Taman!”
Posted by EG on September 13, 2012
Ini adalah sebuah kisah yang penulis yakini hanya akan anda temui di Juventus.

“Antonio akan menjadi pelatih yang hebat”  Comosino


Pernyataan ini selalu diungkapkan oleh Comosino, ayah dari Antonio Conte dalam berbagai kesempatan, bahkan jauh sebelum Conte memulai karir sebagai seorang pelatih. Pernyataan singkat yang bisa kita artikan sebagai doa, harapan dan impian dari seorang ayah yang kini telah menjadi kenyataan. Keyakinan dari seorang yang melihat anaknya sejak umur 3 tahun sudah menemaninya melatih sebuah tim sepakbola amatir di kota Lecce. Disamping menjalankan usaha rental mobil di kota Lecce, Comosino juga menjadi presiden, manager sekaligus pelatih dari sebuah tim amatir di Lecce. Bukan kebetulan juga, tim ini bernama Juventina di Lecce. Sejak usia 9 tahun Antonio Conte cilik ikut memperkuat tim yang seragamnya pun berwarna hitam putih ini. Bahkan pada saat Conte baru berusia 10 tahun sebuah harian olahraga mengadakan lomba menggambar pemain sepakbola yang menjadi idola anak-anak. Conte cilik ikut dalam lomba ini dengan menggambarkan Roberto Bettega, idola masa kecilnya. Tidak terhitung berapa banyak poster Juventus yang tertempel di kamar Conte. Antonio Conte adalah seorang Juventino sejak masa kanak-kanak. Tidak heran jika dalam perkembangannya Conte mengatakan sesuatu yang kemudian menjadi kenyataan.

“Saya ingin menghabiskan karir sepakbola hanya dalam dua seragam. Lecce & Juventus.” Antonio Conte


Pada usia 14 tahun, Antonio Conte bergabung dengan akademi pemain muda Lecce. Mengapa Lecce? Karena di kota ini lah Conte dan keluarga besarnya tinggal. Saat mendapatkan bayaran pertamanya dari Lecce, apakah yang dibeli Conte? Sebuah sepeda motor Vespa bekas yang kemudian digunakannya selama bertahun-tahun mendatang. Dua tahun kemudian, tepatnya 6 April 1986, Eugenio Fascetti menurunkan Conte di sisa 10 menit menghadapi Vanoli. Conte yang saat itu belum genap berusia 17 tahun memulai debutnya sebagai pesepakbola profesional di Serie A. Sekedar catatan, Fascetti merupakan pelatih yang terkenal jeli melihat potensi pemain muda. Pemain lain yang diorbitkan oleh Fascetti dikemudian hari adalah Antonio Cassano.

Kebahagiaan debut ini tidak bertahan lama. Tidak lama setelah itu Conte mengalami cedera parah setelah berbenturan dengan rekan satu tim pada sebuah sesi latihan. Tulang kering pada kaki kanan Conte mengalami keretakan. Pada awalnya sempat dikhawatirkan karir Conte harus berakhir. Saat itu Conte sendiri mengakui bahwa butuh waktu yang panjang dan menyakitkan selama menjalani proses pemulihan. Tapi bukan Conte namanya jika mudah menyerah. Di tengah masa pemulihan ini Conte justru berhasil menyelesaikan program diploma di bidang ekonomi. Proses pemulihan cedera memakan waktu satu tahun lebih dan Conte baru bisa kembali merumput pada musim 1988/1989 dan turun di 19 pertandingan di Serie A. Musim berikutnya pada 1989/90 di bawah asuhan pelatih Carlo Mazzone dan bermodalkan permainan yang semakin berkembang, Conte menjelma menjadi idola di Lecce. Tidak hanya itu Conte juga mulai memperkuat Azzuri U-21 pada tahun 1990.

Pada November 1991 hidup Conte berubah. Giovanni Trapattoni pelatih Juventus saat itu secara khusus meminta agar Juventus mendatangkan Antonio Conte. Saat itu Conte baru berusia 22 tahun dan punya semua karakteristik yang diminta Il Trap sebagai seorang mediano yang masih muda, bertenaga kuda dan pantang menyerah. Yang merampungkan proses transfer Conte ke Juventus tidak lain adalah sang president Giampiero Boniperti. Karena sejak kecil Conte hanya hidup di kota Lecce, maka salah satu tantangan terbesar Juve adalah mendapatkan restu dari pihak keluarga Conte. Untuk itu Boniperti secara khusus menghubungi ibu Conte yang bernama Ada dan berbicara melalui telepon.

“Saya paham tidaklah mudah terpisah ribuan kilometer dengan anak anda. Tapi saya pastikan, di Juventus Conte akan menemukan keluarga baru yang akan membesarkannya dan membantunya melewati setiap masa sulit”  Boniperti


Mendengar kata-kata dari sang presiden, orang tua Conte pun memberikan restu agar Conte pindah ke Turin. Mimpi menjadi kenyataan bagi pemuda asal Lecce ini. Pertama kali tiba di Turin, seperti biasanya yang dilakukannya, Boniperti memamerkan trophy room Juventus kepada Conte. Awalnya Conte sempat ragu bisa bersinar di Juventus, apalagi di laga perdananya Conte membuat kesalahan fatal. Pada sebuah laga friendly Conte melakukan back pass tanggung hingga membahayakan gawang Juve. Akibat kesalahan ini Trapattoni sampai memberi sesi khusus tentang taktik dan teknik kepada Conte. Bukan Conte namanya jika menyerah, justru hal ini membuat Conte semakin baik dari hari ke hari. Total pada musim pertamanya Conte bermain dalam 14 pertandingan dan membawa Juventus finish di posisi kedua. Sekedar catatan, di musim inilah Conte bertemu dengan Angelo Alessio & Massimo Carrera yang saat ini kita ketahui sebagai tangan kanan Conte.

“Saya ingin menjadi seperti Beppe Furino dan Marco Tardelli”  Antonio Conte (saat pertama tiba di Turin)

Musim berikutnya (92/93) Juventus masih ditangani oleh Il Trap dan diperkuat oleh Gianluca Vialli dan Fabrizio Ravanelli. Musim inilah Conte meraih piala pertamanya yaitu UEFA Cup setelah mengalahkan Borussia Dotmund dengan agregat 6-1. Conte sendiri menjadi starter saat mengalahkan Dortmund 1-3 di kandang Dortmund. Conte menjelma menjadi mediano kepercayaan Trapattoni berkat tactical skill dari Conte. Tidak hanya dapat bermain sebagai midfielder, Conte juga mampu merebut possession di tengah, mengatur tempo serangan dan kerap mencetak gol-gol spektakular. Salah satu gol yang menobatkannya sebagai pilar Juve di era 90-an dan mencuri tempat khusus di setiap hati Juventino adalah saat Juventus menjamu Torino dalam laga derby. Conte sudah membawa Juve unggul di menit ke 9' namun pada menit ke 28' Torino berhasil menyamakan kedudukan hingga menit ke 81'. Ketika itu Conte berhasil mencetak gol kemenangan Juve dan merayakan gol ini di depan Curva Sud. Sejak saat itu nama Conte selalu special bagi setiap Juventini. Hanya dalam dua tahun karirnya bersama Bianconeri.


Gelar berikutnya yang disumbangkan Conte baru terjadi pada musim 94/95. Tidak tanggung-tanggung musim itu Conte membawa Juve memenangkan dua gelar yaitu Scudetto (setelah puasa 8 musim) dan Coppa Italia. Jika saja tidak kalah dari Parma di laga final UEFA Cup, musim 94/95 ini Juve sudah meraih treble. Wajar saja karena saat itu lini tengah Juve sangat kuat. Selain Conte ada pemain seperti Di Livio, Tacchinardi, Didier Deschamps & Paolo Sousa. Belum lagi saat itu Juve dilatih oleh Marcello Lippi. Ada hal menarik disini. Lippi saat itu kerap memainkan Conte sebagai mediano di sebelah kanan yang ternyata bukan posisi kegemaran Conte. Saat usai sebuah pertandingan, Conte diwawancarai oleh sekelompok wartawan dan headline yang muncul keesokan harinya adalah “Conte: Saya menang, tapi tidak menikmatinya”. Pagi harinya saat Conte tiba untuk sesi latihan, di pintu locker-nya tergantung sebuah kertas bertuliskan:

“Jika ingin bersenang-senang pergi ke taman”

Kontan Conte kaget, malu dan berjuang untuk bermain dengan lebih baik lagi. Juventus bukan tempat bersenang-senang, Juventus adalah tempat bekerja keras. Setelah beberapa lama baru diketahui bahwa yang menulis pesan ini adalah Angelo Di Livio. Sampai saat ini keduanya masih membahas masalah ini jika bertemu.

Raihan tertinggi Conte terjadi pada musim 95/96, di mana saat itu Juventus mengalahkan Ajax Amsterdam di laga final lewat adu penalti. Conte sendiri diturunkan sejak menit pertama dan harus ditarik keluar pada menit ke-44 setelah berbenturan dengan Edgar Davids. Cedera ini ternyata cukup serius dan memupuskan harapan Conte untuk membela skuad Azzurri di ajang EURO 1996. Cedera parah berikutnya yang dialami Conte adalah saat membela Italia menghadapi Georgia, 9 Oktober 1996. Conte mengalami cedera ACL pada lutut kirinya hingga tidak dapat terbang ke Tokyo dan bermain di laga Intercontinental Cup. Baru pada ajang EURO 2000 saat Italia berhadapan dengan Romania, Conte kembali mengalami cedera serius.

“Dalam karir saya beberapa kali mengalami cedera yang cukup serius. Penyebabnya adalah saya tidak pernah menarik kaki duluan kala berduel.” Antonio Conte


Selama 13 tahun bermain dengan seragam Juventus (1991-2004), Conte sudah memenangkan segalanya. 5 scudetti dan 10 gelar lainnya baik di level Italy maupun Eropa sudah disumbangkan oleh Conte. Bahkan pada tahun 1996 saat Vialli pindah, Marcello Lippi menunjuk Conte untuk memakai ban kapten Juventus. Total, Conte bermain sebanyak 419 pertandingan dan menyumbangkan 44 gol sebagai pemain Juventus.

Singkat kata Conte memenuhi janjinya untuk pensiun dengan mengenakan seragam Juventus pada akhir musim 2003/2004. Saat itu Conte baru berusia 35 tahun, usia yang tergolong masih muda dan berkesempatan untuk bermain di level yang lebih rendah. Conte trenyata punya rencana lain. Usai gantung sepatu Conte langsung menimba ilmu di University of Foggia dan berhasil mendapatkan gelar di bidang Science of Sport. Judul skripsi Conte saat itu adalah  “The Personality of a Coach”. Setelah menyelesaikan study nya, Conte memulai karir kepelatihan sebagai asisten Luigi Di Canio di musim 05/06 saat melatih Siena di Serie B. Saat memulai karir kepelatihannya, Conte membuat sebuah nazar :

“Saya mulai melatih dari nol dan ingin meraih puncak kejayaan. Menjadi pelatih Juventus adalah impian saya. Jika dalam tiga atau empat tahun saya tidak berhasil meraih level tertinggi maka saya akan berhenti (melatih)” Antonio Conte

Kita semua tentu tahu bagaimana nazar ini akhirnya dipenuhi Conte. Musim 2011/12, Conte menjadi pelatih Juventus dan langsung memenangkan scudetto ke 30.

Conte : Belajar dari guru yang tepat


“Saya beruntung pernah bermain dibawah arahan banyak pelatih hebat. Selain Capello, koleksi saya sudah lengkap: Lippi, Ancelotti, Zoff, Trapattoni, Sacchi, Mazzone & Fascetti. Saya mencuri sedikit ilmu dari mereka semua. Hubungan saya lebih dekat dengan Lippi karena saya menjadi bagian dari Juventus yang mengajarkan apa pentingnya untuk menang. Saat ini tugas saya sebagai pelatih adalah menularkan pemahaman ini kepada setiap pemain.” Antonio Conte

Bicara soal kemenangan, ini adalah sifat utama yang dimiliki Conte. Bisa dikatakan Conte benci kekalahan. Dalam kamus hidupnya tidak ada kata kalah. Pada November 2000, Juventus harus tersingkir di babak penyisihan Liga Champions. Usai pertandingan itu Conte marah dan mengatakan :

“Sebuah tim yang dinamakan Juventus tidak boleh mengalami ini. Tidak ada gunanya berpikir tentang masa lalu. Kami harus menatap masa depan. Kini kami perlu merubah mentalitas kami dan kembali makan dan minum tentang sepakbola. Saya kapten tim ini dan saya akan bertanggung jawab.” Antonio Conte

Sifat Conte yang satu ini tentu amat dikenal oleh keluarga Agnelli. Kita tentu masih ingat pada musim 2009/10 & 2010/11 Juventus harus finish di posisi ke tujuh dua musim berturut-turut. Sampai-sampai Pavel Nedved di akhir musim itu mengeluarkan sebuah pernyataan keras :

“Yang harus pertama kali disalahkan adalah pemain. Pemain baru belum mengerti apa artinya mengenakan seragam Juventus sementara pemain lama kehilangan gairah dan gagal menularkan semangat untuk menang kepada pemain baru” Pavel Nedved

Melihat kondisi tersebut, jelas Juve butuh seseorang yang mampu menularkan DNA kemenangan Juve kepada seluruh elemen team. Andrea Agnelli mengambil keputusan tepat dengan menunjuk Antonio Conte. Di atas kertas Conte memang minim pengalaman saat itu. Selama 6 tahun karir kepelatihannya Conte menjadi aisten pelatih Di Canio di Siena, menjadi pelatih Arezzo sebelum dipecat dan Arezzo harus degradasi ke Serie C1. Berikutnya Conte berhasil membawa Bari promosi ke Serie A lalu pindah dan dipecat di Atalanta. Yang terakhir adalah ketika ia membawa Siena promosi ke Serie A. Jika melihat catatan ini Conte tentu belum pantas menangani Juventus.

Tapi itu semua tidak mempengaruhi penilaian Andrea Agnelli yang lebih tertarik melihat sejarah panjang Conte dengan Juventus. Lihat saja pernyataan pertama Conte sebagai pelatih Juventus :

“Sejarah Juventus mengajarkan bahwa di sini anda harus menang. Itu saja.” Antonio Conte

Kelanjutan kisah Conte sudah kita ketahui bersama. Dari seorang bocah asal Lecce yang memperkuat tim amatir bernama Juventina, menjadi kapten sebuah tim sepakbola terbesar di dunia, hingga mempersembahkan scudetto ke-30 sebagai pelatih. Tidaklah heran apabila orang-orang anti-Juve di luar sana melakukan segalanya untuk menyingkirkan legenda kita yang satu ini. Pria yang menamakan puterinya Vittoria ini akan melakukan segalanya agar Juventus dapat meraih kemenangan demi kemenangan.

“Saya mengatakan ini dengan ketulusan dan kejujuran. Semua pencapaian saya dalam hidup, saya dapatkan dari hasil kerja keras dan komitmen. ” Antonio Conte



Antonio Conte hanya salah satu dari sekian banyak legenda yang membangun kebesaran Juventus. Satu diantara banyak kisah legendaris yang membuat Juventus bukan hanya sekedar sebuah tim sepakbola. Melainkan sebuah keluarga besar seperti kata Boniperti.

Cori Ultras Untuk Conte 

Eee alè alè alè alè Antonio Conte
eee alè alè alè alè Antonio Conte
eee alè alè alè alè Antonio Conte

senza di te non andremo lontano
Antonio Conte il capitano!


Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Antonio_Conte
http://signora1897.com/50-legends-antonio-conte-jika-ingin-bersenang-senang-pergi-ke-taman/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar