Jumat, 24 Mei 2013

Claudio Gentile

 
Nama Lengkap   Claudio Gentile
Tanggal lahir      27 September 1953
Tempat lahir       Tripoli, Kerajaan Libya
Tinggi                 1.78 m (5 ft 10 in)
Posisi bermain    Bek Tengah, Bek Sayap

Karier senior*

Tahun             Tim        Tampil  (Gol)
1971–1972     Arona         34      (4)
1972–1973     Varese       34      (1)
1973–1984     Juventus     283    (9)
1984–1987     Fiorentina   70      (0)
1987–1988     Piacenza    20      (0)
Total                               441    (14)

Tim nasional
1975–1984     Italia            71     (1)

Kepelatihan
2000–2006     Italia U-21

Claudio Gentile (Tripoli, 27 September 1953) adalah pelatih sepak bola dan mantan pemain sepak bola Italia.

Dijuluki "Gaddafi" karena asal-usulnya, dia adalah juara dunia bersama Italia pada tahun 1982. Dia melatih tim nasional Italia U-21, di mana dia memenangkan Piala Eropa pada tahun 2004.

Pada tahun 2007, surat kabar Inggris "The Times" memasukkan dia di tempat kedelapan dalam peringkat pemain terburuk sepanjang masa, bersama dengan Bergomi (kesembilan) dan Tardelli (kesepuluh) membentuk "Trio Penjahat Terburuk" dari Piala Dunia Spanyol 1982. Namun demikian, dalam karirnya ia hanya menerima satu kartu merah , untuk dua kartu kuning.

Biografi

Lahir di Tripoli (Libya) dari keluarga Sisilia berasal dari Noto (Italia). Ia mulai bermain sepak bola di jalan-jalan Tripoli dengan sesama orang Arab dan Italia: di sini menangkap nastiness grit dan kompetitif yang akan ditandai di sepanjang karir profesionalnya.

"Aku dibesarkan di Libya, ayah saya pindah bersama keluarganya ke Tripoli dan di sanalah saya mendapatkan pengalaman pertama bermain sepak bola; pengalaman pada anak-anak, tentu saja, tapi mereka memberi saya kesan yang luar biasa. Dengan kata lain, kami bermain sepak bola, tapi berlari ke perkelahian, dan aku masih kecil, tapi aku ingat setiap sore sepulang sekolah, kami berada di jalan, Italia di satu sisi dan orang-orang Arab di sisi lain." Claudio Gentile

Pada usia 8 tahun ia kembali ke Italia bersama keluarganya, mencegah penganiayaan warga Italia saat rezim Muammar Gaddafi berkuasa, dan menetap di Brunate, dekat Como.

Karir Bermain
Kendati memiliki nama yang kental dengan aroma Italia, Gentile sebenarnya dilahirkan di Tripoli, ibu kota Libya, tahun 1953. Dilahirkan di Libya membuat Gentile dijuluki ‘Qaddafi’ sepanjang karirnya. Terkenal sebagai pemain yang keras, buas dan kasar, begitu juga dengan perjalanan karir Gentile. Pemain yang memiliki tinggi 1.78 m ini mengawali karir di klub serie D bernama Arona pada tahun 1971-1972.  Hanya bertahan setahun di sana, Gentile naik tahta dengan bermain bersama Varese di serie B dimusim 1972-1973. Bakatnya langsung tercium Juventus dan tanpa keraguan Juventus pun memboyongnya ke Turin.

Tiga tahun pertama Gentile merupakan proses adaptasi yang cukup sulit untuk pemain sekelasnya. Di bawah asuhan Cestmir Vycpalek dan Carlo Parola, Gentile sebenarnya diboyong ke Juventus untuk menjadi seorang mediano atau defensive midfielder alternative dari legenda Juventus lain, Giuseppe Furino. Gaya bermainnya yang tidak kenal kompromi dan terus mengawal pemain kunci lawan memang pas untuk memutus serangan lawan, layaknya Genaro Gattuso. Namun apa boleh dikata, nasib Gentile memang bukan di sana. Di posisi barunya tersebut Gentile tidak berkembang ditambah saat itu baik Vycpalek maupun Parola tidak berani mengambil risiko untuk menempatkan Gentile di posisi naturalnya, bek tengah, dikarenakan komposisi lini belakang yang sudah kompak dan matang.

Hingga pada akhirnya Giovani Trapattoni datang ke Juventus tahun 1976 dimana il Trap mencium bakat Gentile memang tidak di lini tengah. Bersama Trapattoni, Gentile dikembalikan ke habitat naturalnya namun kali ini bergeser menjadi bek kiri. Kendati di sepak bola modern seorang full back terkenal dengan naluri menyerangnya, tidak pada jaman itu. Bermain di sektor sayap kiri, Gentile lebih berfungsi menyeimbangkan sistem permainan tim dan lebih banyak bertahan ketimbang maju menyerang. Gentile bermain cukup baik di sisi kiri pertahanan sampai pada akhirnya di awal musim 1977-1978 Trapattoni memutuskan untuk mempromosikan pemain belia, Antonio Cabrini, sebagai bek kiri inti. Trapattoni tentu tidak melupakan Gentile begitu saja, sebagai pemain yang naturalnya berkaki kanan, Gentile digeser ke sisi kanan dimana dia bermain sama baiknya bahkan kali ini sering membantu menyerang.

The journey begins….
Sampai pada akhirnya di tahun 1980 Claudio Gentile akhirnya diposisikan sebagai bek tengah Juventus. Di sini lah Gentile memperkenalkan kepada dunia siapa dirinya sebenarnya. Kemampuannya dalam man marking ditopang dengan partnernya Gaetano Scirea membuat Juventus kala itu memiliki pertahanan super yang saya yakini Leonel Messi sekalipun tidak akan lewat!

Claudio Gentile terkenal juga dengan ketekunannya dalam mempelajari lawan-lawannya lewat rekaman video. Sering kali dia mempelajari lawan dan pemain kuncinya selama beberapa hari dan memberikan solusi untuk meredupkannya. Gentile akan mengahalalkan segala cara dalam menghentikan lawan, dari menekelnya ketika wasit sedang lengah, mencakarnya ketika membantu pemain lawan berdiri, selalu membayangi pemain kunci lawan bahkan mengintimidasi lawan melalui man markingnya yang super ketat. Bahkan legenda Inggris, Gordon Hill mengatakan, “Gentile akan berdiri di atas kepala neneknya demi merebut bola!”

Top of the world 
Tahun 1982 adalah puncak dari karir sepak bolanya. Bersama Gaetano Scirea, Gentile bersama-sama membantu Italia memenangkan Piala Dunia 1982 di Spanyol. Italia kala itu harus melewati lawan-lawan berat selama kompetisi. Setelah fase grup pertama dimana Italia hanya finis sebagai runner up, fase grup kedua mereka harus berhadapan dengan Brazil dan Argentina yang diperkuat Zico dan Diego Maradona, dua pemain dunia yang sedang meroket.

Lawan Italia dipertandingan pertama fase grup kedua adalah Argentina. Di interviewnya Gentile mengatakan dia mempelajari gerak-gerik Maradona selama 3 hari sebelum pertandingan. Alhasil Gentile benar-benar mematikan lenggak-lenggok Maradona saat itu. Yang lebih menarik adalah Gentile sama sekali tidak menerima kartu kuning walaupun mengawal ketat dan mengasari Maradona selama pertandingan. Ironisnya, malah Maradona terkena kartu kuning karena terlalu banyak mengeluh! Mengomentari hal ini, Gentile mengatakan, “Sepak bola memang bukan untuk ballerina.” Terkesan angkuh, namun apa boleh dikata Gentile selalu membuktikan kata-katanya di lapangan.

Sadar Italia harus menang demi melangkah lebih jauh, pelatih Italia saat itu, Enzo Bearzot menginstruksikan Gentile untuk mengawal Zico yang merupakan salah satu pemain terbaik dunia setahun sebelumnya ketika berhadapan dengan Brazil. Tanpa ampun Gentile pun mematikan Zico sampai-sampai merobek baju Zico! Gentile tidak berhenti, di final pun tanpa ampun dia mengawal Pierre Littbarski dan juga memberikan cross yang mengawali gol pertama Italia! Fenomenal!

Banyak yang mengkritik Gentile, banyak pula yang memujinya. Gentile sendiri hanya membuktikan semuanya di lapangan. Terkenal dengan kekerasannya di lapangan, selama kompetisi Piala Dunia 1982 Gentile pun tidak pernah diusir wasit. Gentile memang tidak sekedar mengandalkan otot, kecerdasannya dalam membaca pola permainan dan pergerakan lawan sangat fantastis. Faktor-faktor ini lah yang membuatnya benar-benar disegani lawan. Seorang legenda Argentina lainnya, Mario Kempes pernah berujar, “Seandainya anda pergi ke toilet, Gentile akan terus mengikuti Anda.”
Lebih dari satu dekade bersama Juventus, Claudio Gentile bermain sebanyak 414 kali. Selama itulah Gentile memenangkan 6 scudetto, 2 Coppa Italia, satu Piala Winners dan mungkin yang paling berkesan ada Piala UEFA tahun 1976 dimana itu adalah pertama kalinya si nyonya tua memenangkan gelar international. Gentile terkenal dengan kekasarannya di atas lapangan tetapi Gentile adalah legenda, Gentile adalah panutan. Bersama Scirea yang terkenal kalem dan tenang, mereka berdua telah memperkenalkan dunia warna Juventus sesungguhnya. Hitam yang melambangkan kekerasan seorang Claudio Gentile dipadukan dengan putihnya ketenganan dan kelas seorang Gaetano Scirea.

Akhir kata, pernah ada kabar burung ketika Kevin Keegan akan naik ke podium menerima gelar pemain terbaik Eropa tahun 1978. Kala itu Gentile dikabarkan sengaja menyandung Keegan, dan ketika membantunya berdiri Gentile berbisik, “Kamu tidak akan memenangkan gelar apapun jika saja aku sempat menjagamu.” Benarkan dia mengatakan itu? Well, selain keras Gentile juga terkenal dengan selera humornya yang tinggi. Apapun itu mari kita doakan yang terbaik untuk Claudio Gentile yang sekarang menukangi tim nasional Libya. All the best Gentile!

Honours
Sumber:
http://it.wikipedia.org/wiki/Claudio_Gentile
http://signora1897.com/50-legends-bapaknya-binatang-buas/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar