Giampiero Boniperti : Legenda 34 Tahun Pengabdian
Bagi kita Juventini sejak tahun 90-an hampir dapat dipastikan menganggap Del Piero sebagai dewa, pe-sepakbola sempurna yang pernah bermain bagi Juventus. Namun bagi mereka di era 40 – 60 an pahlawan
mereka saat itu adalah Giampiero Boniperti. Bahkan di akhir tulisan ini
mungkin Anda akan setuju dengan Saya, bahwa pencapaian Boniperti jauh
lebih komplit dari pada apa yang sudah dicapai Del Piero, paling tidak
hingga artikel ini ditulis.
Tidak mudah menceritakan kisah
legendaris Boniperti. Satu, karena kami tidak pernah sekalipun
melihatnya bermain di lapangan. Dua, teknologi informasi pada masa itu
tidak semaju sekarang, tentunya banyak kisah hebat Boniperti yang tidak
terdokumentasi dengan baik. Namun hal ini merupakan tantangan sekaligus
kehormatan bagi Kami, meski dengan data & fakta seadanya pun kami
bisa menyimpulkan bahwa Boniperti adalah pemain hebat, panutan baik di
dalam maupun di luar lapangan serta memiliki kecintaan dan loyalitas
tanpa batas kepada Juventus. A Legendary Legend!
Giampiero Boniperti lahir pada tanggal 4
Juli 1928 di sebuah kota kecil bernama Barengo (dekat Novara), provinsi
Piedmont. Seperti kebanyakan anak-anak yang lahir di provinsi Piedmont,
Boniperti tumbuh besar sambil mengagumi Juventus. Saat kecil Boniperti
gemar mengenakan pakaian dengan kerah yang berlogo-kan Juventus dan
selalu bermimpi untuk dapat bermain bagi La Vecchia Signora.
Kesempatan dan bakat adalah dua resep sukses yang berhasil diterapkan
Boniperti dengan sangat baik. Sebelum bergabung dengan Juventus pada
usia 16 tahun (1944), Boniperti sudah cukup tenar karena pernah dalam
satu pertandingan mencetak 11 gol. Kemudian saat try-out (uji
coba) dengan Juventus, Boniperti langsung mencetak 7 gol. Salah seorang
reporter yang hadir dalam pertandingan tersebut kemudian menulis “A boy wonder is born to Juve” “Seorang Anak ajaib lahir untuk Juve”. Prestasi ini memberikan Boniperti keistimewaan untuk tetap berlatih & bergabung dengan Juventus.
Debut Boniperti sebagai seorang
Bianconero resmi dilakoni pada tanggal 2 maret 1947 (saat itu Boniperti
berusia 18 tahun) pada saat Juventus menghadapi AC Milan. Debut ini
tidak berjalan manis karena Juve kalah dengan skor 2-1. Gol pertama
Boniperti bagi Juve dicetak 3 bulan kemudian saat menghadapi Sampdoria.
Di musim perdana Boniperti (1946-1947) Juventus finish di posisi
runner-up, scudetto musim itu diraih oleh Torino. Meski gagal
mempersembahkan scudetto, Boniperti memulai karirinya dengan sangat
baik, bermain sebanyak 6 laga Boniperti berhasil mencetak 5 gol.
Mungkin sudah garisan takdir, pada awal
perjalanan karir profesionalnya Boniperti bertemu dengan orang-orang
hebat. Pelatih Juventus pada awal karir Boniperti ini adalah Renato Cesarini
yang merupakan pemain penting Juve di era 30-an. Selama 6 musim membela
Juventus, Cesarini menyumbangkan 5 gelar scudetto secara berturut-turut
(1930-1931 s/d 1934-1935). Bukan hanya itu, usai pensiun Cesarini
menjadi pelatih di liga Argentina, menyumbangkan 2 gelar liga saat
melatih River Plate dan diakui sebagai salah satu terbaik sepanjang masa
yang pernah melahirkan permainan terbaik di Amerika Selatan. Kesuksesan
ini lah yang membuat Juventus mempercayakan posisi pelatih kepada
Cesarini pada musim 46-47 atau pada musim perdana Boniperti. Bukan hanya
Cesarini, tokoh lain yang tidak kalah penting adalah President Juventus
saat itu, Gianni Agnelli Il Avvocato! Dua tokoh inilah yang berperan penting pada awal perjalanan karir Boniperti.
Perjuangan Boniperti di awal karirinya
dengan Juventus tidaklah mudah. Usai Perang Dunia kedua 1943-1945 Torino
semakin menjelma menjadi kekuatan baru di Serie A. Mereka menguasai
liga dengan meraih scudetto 4 musim berturut-turut (1945-46 s/d 1948-49)
bahkan bisa dikatakan 5 musim berturut-turut karena musim 1942/43
sebelum World War 2, Torino juga keluar sebagai juara. Rasanya ada yang kurang jika menceritakan tentang Boniperti tanpa menyertakan kisah tentang Il Grande Torino. Era 40-an bisa dikatakan adalah milik Torino. Bukan hanya dari torehan 5 scudetto mereka, sebagian besar rekor Serie A
masih dipegang oleh Torino hingga saat ini. Dibawah kepemimpinan
legenda mereka saat itu Valentino Mazzola, Torino menjelma menjadi tim
yang menakutkan. Gaya permainan super-offensive dengan
mengandalkan formasi 4-2-4 Torino menghancurkan hampir semua tim di
Serie A saat itu. Bahkan ada kisah menarik, apabila pada babak kedua
Mazzola sudah menyingsingkan lengan baju maka itu adalah kode / tanda
bahwa Torino harus menyerang musuh mereka dari segala arah. Sayang
sekali akhir dari kebesaran Totino ini harus berakhir dengan pahit dan
sangat tragis. Usai memastikan gelar juara musim 1948-49, Torino
menggelar pertandingan persahabatan dengan Benfica di Lisbon Portugal.
Saat perjalanan pulang, pesawat yang mereka tumpangi mengalami
kecelakaan hingga menabrak Gunung Superga di dekat Turin. Seluruh
pemain, pelatih & staff Torino meninggal dalam kecelakaan itu.
Kejadian ini meninggalkan duka mendalam bagi warga Italia, khususnya
warga Torino. Nasib Torino mungkin tidak akan seperti saat ini, karena
rata-rata usia pemain mereka saat itu masih sekitar 25 – 29 tahun.
Dominasi Torino tentu saja membuat
Juventus memasuki salah satu periode paling kelam. Terakhir kali
Juventus memenangkan gelar Serie A adalah pada tahun 1935, atau 12 tahun
sebelum Boniperti melakukan debut. Boniperti sendiri tidak mampu
mempersembahkan gelar apa-apa pada musim kedua (47/48) & ketiga
(48/49) nya bersama Juventus, namun dalam dua musim ini masing-masing
Boniperti menyumbangkan 27 & 15 gol. 27 Gol Boniperti pada musim
47/48 menobatkannya sebagai top scorer dengan mengalahkan bintang Torino
Valentino Mazzola.
Layaknya pepatah yang mengatakan “Di setiap masa-masa sukar akan lahir seorang pahlawan”
Boniperti yang masih muda muncul mencuri perhatian Italia. Di saat
seluruh negeri tengah dirundung duka yang mendalam, Boniperti yang sudah
memasuki musim ke-empatnya semakin matang dan berhasil mempersembahkan
gelar Scudetto pertama bagi Bianconeri. Pada musim ini Boniperti menjadi
inspirator dengan didukung oleh John Hansen. Kombinasi John Hansen
(Sayap Kiri asal Denmark) dan Boniperti menghasilkan 49 gol pada musim
tersebut. Boniperti sendiri yang bermain sebagai penyerang berhasil
menyumbangkan 21 gol dalam 35 pertandingan. Scudetto pada musim 49/50
ini adalah Scudetto ke-delapan bagi Juventus dan disaat itu Boniperti
dkk dilatih oleh satu-satunya Pelatih asal Inggris yang pernah melatih
Juve hingga saat ini, yaitu Jesse Carver.
Pada saat itu metode latihan pemain sepakbola belum semaju saat ini.
Latihan hanya difokuskan dengan berlari dengan tujuan meningkatkan
kualitas fisik pemain. Jesse Carver diakui sebagai salah seorang yang
mempelopori inovasi tentang skill, kemampuan atletis dan pengetahuan /
teori sepak bola serta memulai kebiasaan menggunakan bola dalam sesi
latihan.
Musim berikutnya (50/51) Boniperti dkk
gagal mengulangi kesuksesan. Gelar juara berhasil direbut Milan
sementara Juventus hanya mampu finish di posisi ketiga. Boniperti
sendiri menyumbangkan 22 gol dalam 38 pertandingan musim itu. Baru pada
musim berikutnya (51/52) Juventus kembali meraih gelar Scudetto yang
merupakan gelar ke sembilan. Musim itu kombinasi Boniperti & John
Hansen masing-masing mencetak 19 & 30 gol dimana John Hansen meraih
gelar Capocannonieri. Kemudian Juventus sempat puasa gelar
selama 5 musim dimana Scudetto secara berurutan direbut oleh inter,
inter, Milan, Fiorentina & Milan.
Hal ini mendorong President saat itu Umberto Agnelli (Ayah dari Andrea Agnelli, President Juventus saat ini) untuk mendatangkan dua orang penyerang baru yaitu Omar Sivori dan John Charles. Dua nama ini kemudian juga masuk dalam daftar 50 Legenda Juventus dan kisah mereka akan kami ceritakan secara khusus dalam edisi yang lain. Kombinasi Boniperti, John Charles dan Omar Sivori saat itu dikenal dengan sebutan “The Magical Trio” berkat kombinasi mematikan yang dihasilkan oleh ketiga pemain ini.
Now lets talk about this Magical Trio!.
Musim 57/58 saat Omar Sivori & John Charles bergabung dan membentuk
trident dengan Boniperti Juventus memulai kompetisi dengan luar biasa, 6
kemenangan beruntun. Magical trio ini diakui sebagai lini depan paling
efektif dan menakutkan yang mendemonstrasikan kualitas dan kemampuan
menebar teror di barisan pertahanan lawan. Dalam 4 musim sebelumnya
Juventus hanya berhasil mencetak total 235 gol, atau rata-rata hanya 59
gol per tahun. Produktifitas gol Juve lalu meningkat dengan sangat tajam
usai lahirnya Trident Magical Trio. Musim 57/58 Juventus mencetak 96
gol dimana 60.42% atau 58 gol dicetak oleh The Magical Trio.
Charles 28, Sivori 22 & Boniperti hanya 8 gol. Mengapa gol Boniperti
hanya 8? Di sini lah karakter Boniperti kembali teruji. Dengan
datangnya Omar & John, otomatis Boniperti harus bergeser dari posisi
penyerang ke posisi play maker yang melayani duet Omar &
John. Meski demikian, tidak pernah sekalipun Boniperti mengeluh harus
pindah posisi demi mengakomodasi penyerang yang lebih muda. Bagi Boniperti kepentingan tim jauh lebih penting daripada ambisi pribadi.
Berkat gol-gol dari The Magical Trio di
lini depan, Juventus berhasil meraih scudetto musim 1957/58 yang
merupakan scudetto ke sepuluh bagi Juventus. Artinya Boniperti berhasil
mempersembahkan satu bintang di logo Juventus. Musim berikutnya Juve
gagal di ajang Serie A setelah hanya berhasil finish di posisi ke
empat. Meski lini depan Juventus saat itu berhasil mencetak 74 gol,
namun kualitas lini belakang yang buruk membuat Juve kebobolan 54 gol
musim itu. Scudetto pun direbut oleh Milan. Meski demikian, Boniperti
berhasil menyumbangkan gelar Copa Italia musim itu yang merupakan gelar
Copa ketiga bagi Juventus. Baru pada dua musim berikutnya 59/60 dan
60/61 Boniperti dkk berhasil menyumbangkan 2 gelar scudetto
berturut-turut. Magical Trio kembali berperan penting dalam
sukses dua musim ini di Serie A, dimana Juventus berhasil mencetak
masing-masing 91 & 95 gol pada kedua musim tersebut. Belum lagi
ditambah dengan gelar Coppa ke empat bagi Juve pada musim 59/60.
Usai memenangkan gelar scudetto kelima
nya bagi Juventus pada musim 60/61 ini, Boniperti memutuskan untuk
pensiun. Saat itu Boniperti masih berusia 33 tahun, usia yang masih
tergolong muda. Boniperti bisa saja memilih untuk pindah ke tim lain
dengan persaingan yang lebih rendah. Namun Boniperti menunjukkan
kelasnya dengan memilih pensiun dengan seragam Juventus. Total selama 15
tahun karirnya bersama dengan Juve, Boniperti telah bermain sebanyak
444 pertandingan dan mencetak 178 gol di Serie A. Di semua ajang Boniperti mencetak 182 gol dalam 460 pertandingan. Rekor ini bertahan selama +/- 40 tahun sebelum dipecahkan oleh Seorang Pemain yang direkrut sendiri oleh Boniperti.
10 tahun setelah Boniperti pensiun,
kecintaannya kepada Juventus membuatnya kembali dan menduduki jabatan
President sejak tahun 1971. Dalam masa kepemimpinannya, Boniperti
beberapa kali menunjuk pelatih-pelatih terkemuka seperti Čestmír
Vycpálek, Carlo Parola dan Giovanni Trapattoni. Tidak hanya itu, banyak
pemain-pemain besar yang direkrut pada masa kepemimpinan Boniperti,
sebut saja Claudio Gentile, Paolo Rossi, Gaetano Sciera, Sergio Brio,
Marco Tardelli, Antonio Cabrini, Stefano Tacconi hingga Michele Platini.
Nama-nama ini hanya mereka yang masuk dalam daftar 50 Legends. Dibawah
19 tahun kepemimpinan Boniperti sebagai President, Juventus meraih
kejayaan baik di level domestik maupun eropa. Total 9 Scudetto, 4 Copa
Italia diraih bersama dengan 1 Piala Champions, 1 Piala Winners, 2 UEFA
Cup, 1 UEFA Super Cup & 1 Intercontinental Cup dipersembahkan
Boniperti dari kursi President hingga tahun 1990.
Namun masih ada satu hadiah terakhir yang dipersembahkan Boniperti kepada Juventus. Dalam autobiography-nya yang berjudul ‘Una vita a testa alta’,
Boniperti menyebut bahwa Alessandro Del Piero adalah hadiah terakhirnya
bagi Juventus. Pada tanggal 28 juni 1993, Boniperti yang berkedudukan
sebagai President Kehormatan Juve (hingga saat ini) menyelesaikan proses
transfer dengan Padova hanya dalam waktu 24 jam. Proses negosiasi harus
dilakukan dengan cepat karena Fiorentina dan Milan juga tertarik kepada
Del Piero. Saat Del Piero pertama kali tiba di Turin, Boniperti
mengajak Del Piero ke Ruang Trofi (Throphy Room) Juve dan bertanya
kepada Del Piero “Apakah Engkau melihat betapa banyak Piala yang
sudah kami menangkan? Saya harap Engkau dapat menyumbangkan lebih
banyak lagi untuk Juventus.” Setelah itu Del Piero langsung menandatangani sebuah kontrak kosong.
15 tahun sebagai pemain & 19 tahun sebagai President adalah total pengabdian Boniperti bagi Juventus.
Bahkan Boniperti menghadiahkan seorang Del Piero untuk memastikan
kejayaan Juventus selama dua dekade ke depan. Rekor Boniperti sebagai
pencetak gol terbanyak dan pemain yang paling banyak membela Juve yang
telah bertahan selama kurang lebih 45 tahun memang telah dilewati oleh
Del Piero. Namun untuk menyamai level Boniperti, masih banyak ujian yang
harus dilewati Del Piero.
Pribadi Boniperti yang rendah hati tidak
berlaku di dalam lapangan. Ada sebuah kalimat khas yang menjadi ciri
khas Boniperti hingga saat ini. Kalimat ini juga diucapkan oleh
Boniperti saat Pembukaan Juventus Stadium, dimana saat itu Boniperti
& Del Piero dua legenda dari Dua era berbeda diberi kesempatan untuk
menyambut kita semua ke dalam Juventus Stadium, tanpa akan segera
dimulainya sebuah era yang baru.
“Alla Juventus vincere non è importante. È l’unica cosa che conta.”
“Bagi Juventus kemenangan tidak saja penting, tapi adalah satu-satunya hal yang berarti.”
Giampiero Boniperti“Saya hidup untuk Juventus sejak 4 juni 1946 dan masih berdiri di sini setelah 65 tahun untuk merangkul kita semua serta mengingat bahwa bagi Juventus kemenangan tidak saja penting, tapi adalah satu-satunya hal yang berarti.” Boniperti saat peresmian Juventus Stadium
Seperti kebanyakan legenda-legenda Juve
lainnya, Juventus selalu dikaitkan dengan kemenangan. Kutipan dari
Boniperti diatas menggambarkan dengan sempurna bahwa menang tidak saja
penting namun adalah kewajiban bagi Juventus.
Kini Boniperti telah berusia 84 tahun
dan masih menjabat sebagai salah satu President Kehormatan (Honorary
President) Juventus. Filippo Boniperti cucu dari Giampiero Boniperti
yang baru berusia 21 tahun kini bermain untuk Carpi FC setelah
dipinjamkan oleh Juventus pada winter mercato Januari lalu. Apakah
kebesaran nama Boniperti akan terulang lagi di Juventus? Kita tunggu
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar